Selasa bermakna! - Hari tak seperti biasanya. Aku merasa tertidur di balik heningnya alam. Biasanya aku mendengar siulan seorang bapak, tetanggaku yang mana pintu rumahnya terletak persis dimulut jendela kamarku di lantai dua. Hari ini tak terdengar lagi siulan senandung paginya dengan lantunan musik "FADO", musim khas orang portugis. 'Ku buka jendela kamarku tanpa takut angin dingin yang mewarnai musim ini. Maksudku sekedar untuk melihat apa mereka ada atau sedang tidur. 'tak ada tanda-tanda kalau tetanggaku itu ada di rumahnya. Hening di balik bilik-ku itu yang menarik perhatianku. Aku terus menelusuri situasi alam yang tak biasa itu. Sepi??? tentu tidak! hanya aneh...kehilangan satu elemen yang biasanya mewarnai hari-hariku, pagi,siang, sore dan menjelang malam. Aku terus menanti siulan itu namun tak kunjung datang juga. Sesaat kemudian ku buka lagi jendela biliku. Ku temui istrinya sedang menyapu halaman depan rumahnya. Ku sapa dia. Eh..sapa disambut senyum disertai pertanyaan "apa kabar? - sudah istirahat setelah lelah merayakan minggu misi?". Dalam hati aku bergumam, wah...simpatik sekali. Terus, karena merasa aneh, 'ku tanya keberadaan suaminya. Jawabannya singkat. "Itu dia sedang duduk di sudut rumah pastoran". Walah....kok duduk disudut rumah pastoran? gumamku!. Untuk mengisi waktu senggangku, aku menuju ruang kerjaku. Dibalik jendela aku mengintip ke arah pojok kanan pastoran. Eh ternyata dia ada. Bapak yang jarang untuk bersapa-ria tiba-tiba simpatik. Perbincangan ala kadar memecah keheningan bilik rumah. aku bertanya kenapa tidak bersiul lagi. Dengan sedikit galau dia menjawab kalau sementara tidak enak badan. Kasihan!. Lama tak berselang, tiba-tiba siulannya muncul lagi. kali ini senandungnya lagu rohani "Ave, ave, ave Maria, ave, ave ave Maria". Senandung musik rohani itu yang menarik perhatianku. Bukankan bapak ini anti gereja, anti pastor dan anti agama?. Tanyaku dalam hati. Meski senandung itu belum tentu menceritakan situasi batin dan rohaninya saat itu, tapi situasi itu sekali lagi menarik perhatianku. Hening di balik bilik rumah, terdengar senandung "Ave Maria" dari mulut seorang bapak yang hampir tak pernah akrab dengan komunitas pastoran.
Ku tutup lagi jendela bilik yang terbuka itu. Ku letakan kembali jemariku dia atas tuts lap top yang ada diruang kerjaku. Aku terkaget dengan bunyi alarm HP ku. Ku pikir ada telfon masuk. Eh...ternyata alarm yang mengingatkan aku tiga hal. Ulang tahun seorang teman, Akta yang harus di buat dan peringatan penutupan bulan rosario. Peringatan hal yang ketiga ini datang sesaat setelah mendengar siulan sang bapak. Aku baru sadar, ternyata aku berada di penghujung bulan Rosari. Waktu berputar begitu cepat, hari berlalu tanpa pamit dan aku masih disini, di tempat ini dan di balik bilik ini. Aku enggan melepaskan kursi di ruang kerjaku sambil menelusuri mba google mencari berita aktual sekedar untuk refreshing. Tak ada berita menarik yang aku temukan kali ini. Saya kembali memberi perhatian kepada keheningan alam sambil bertanya apa makna keheningan ini?. Mungkin karena berada dipenghujung bulan rosari, tiba-tiba aku teringat akan figur Maria, Ratu rosari. Maria, ibu yang mencintai keheningan, Maria, Ratu yang menyapa Allah dalam keheingan, dan Maria, Bunda yang mendengarkan Allah dalam keheningan. Selamat mengakhiri bulan rosario. Bulan rosario boleh berakhir tapi meneladani Bunda Maria tentu tak boleh berakhir.
Sem comentários:
Enviar um comentário