terça-feira, 4 de outubro de 2011

Outono, 2011 - Musim gugur yang mencemaskan



Musim gugur sudah lama membekas jalan setapak disamping biliku, namun aku masih terus menutup jendela kamarku. Ku sangka bumi masih bergulat dengan sang surya. Dugaanku memang tak salah. Panas musim panas masih terasa, gugurnya musim gugur belum dialami. Mencemaskan sambil berharap membawa harapan baru bagi bumi dan anaknya. Dari balik jendela kudengar suara yang membisik dan katanya musim panas tahun ini diperpanjang. Kubalik dan kembali bertanya siapa yang menahan sang terang untuk tetap memanasi bumi? namun suara itu hilang dan lari diterpa oleh angin yang menghangatkan jiwa. Aku terus menulusuri dan sambil mencermati kapan musim gugur sebetulnya tiba, namun tak satupun dedaunan yang kulihat jatuh tertiup angin sebagaimana cirikhas musim gugur itu sendiri. Ku amati aksi matahari yang semakin kuat. Rupanya ada harapan bahwa cahaya itulah yang menguatkan dedaunan itu sampai tidak mudah jatuh meski waktunya sudah lama tiba. Mungkinkah panasnya bumi mengawetkan ranting dedaunan agar tidak mudah patah?. Kata sahabatku, kalau ranting bersatu dan akrab dengan Matahari maka dia akan berbuah dan buanya berlimpah. Inilah kebijakan sang surya. Musim gugur yang tertunda tapi masih membentangkan harapan yang tak pernah sirnah. Segala sesuatu indah pada waktunya karena kasih Allah itu terus mengalir pada waktunya

Sem comentários: