Bila kaki enggan untuk berlangkah, beristirahatlah sebentar dibawah naungan ketapang, tetapi jangan biarkan diri tertidur, jangan sampai mimpi menguasaimu, sebab dia terkadang menguras konsentrasi dan waktumu untuk terus berlangkah. Bila lidah enggan untuk menyapa dan berkata, ulaskan senyummu! biar mereka yang nyasar dijalanmu merasa disapa. Hati yang gundah berubah rupa ketika berhadapan dengan keramahan yang tak ternodai oleh kelamnya dendam. Andaiakan engkau adalah Dia yang hadir dijalanku biarkan aku menemukan-Nya dikedalaman hatimu tetapi jikau engkau adalah kamu yang adalah sama seperti aku, ijinkan kita untuk saling menyapa tulus penuh persahabatan. Sebab di dalam kamu aku menemukan diriku dan ku yakin aku juga layak untuk kamu bisa menemukan dirimu sendiri. Siapa aku dan kamu sehingga kita saling menyapa??. Tautan rasa bimbang dan percaya diri menggambarkan kita yang lagi ziarah ini adalah insan yang sedang mencari makna hidup. Saya cukup yakin kalau arti hidupku dan hidupmu dapat digapai kalau kita berjalan bersama dengan tulus dan saling percaya antar satu dengan yang lain.Aku terbangun dari mimpiku. Tak terasa senja menyelimuti aku lagi. Bumi dan langit menyapaku dengan hembusan angin sepoi basah di senja berkelabu. Hatiku tergoda untuk berlangkah mundur karena sang Matahari mau beristirahat sejenak. Malam mengajak aku untuk mencari hati yang tak ada naungan. Di tepi jalan sebuah lorong vila tempat aku meletakan kepala, kutemukan sekeping jejak manusia malam yang tak ada naungan. Aku mau mengajak kamu untuk bersama aku memberi kehangatan kepada mereka. Apa lah daya, cetusku, kita sama-sama tak mepunyai rumah untuk menghangatkan mereka. Kendati demikian aku tetap insyaf bahwa kita memiliki dinding kecil buat menyandarkan kepalanya. Meski agak keras, tapi cukuplah untuk untuk memperkuat sandarannya dibumi ini. Ku ingin kamu seperti aku tapi aku sadar bahwa tak ada manusia yang sama dibumi ini. Aku, kamu dan mereka adalah kita yang adalah hasil dari tangan yang sama. Di pelupuk mata dia yang kutemukan malam itu, kutemukan air mata Ilahi yang mengharuskan aku untuk mengusap air matanya dan memolesnya dengan wangian kasih. sayang seribu sayang, terkadang aku lupa membawa wangian dalam perjalanannku. Kalau kamu berjalan bersama aku pasti cukup untuk mengingatkan aku untuk membawanya atau kalau tidak kamu juga bisa mengisi dalam keranjang jalanannmu. Tetapi itu bukan yang terpenting. Yang terpenting ialah kepedulian kita untuk menghapus air matanya, menghangatkan badannya dengan rangkulan kasih dan menepi kesedihannya dengan kebersamaan yang tak mengenal kata pisah.Itulah makna kebersamaan, berjalan sambil menepis debu di kaki sang kembara yang enggan berlangkah, bersatu sambil mengaku kelebihan orang lain dan bertitah sambil menebar bahasa cinta yang merangkul banyak orang. Tetapi aku mau supaya kita tidak tenggelam dalam kebersamaan itu, karena kita bukan orang yang tak punya pandangan. aku dan kamu adalah orang yang Sang Khalik tunjuk untuk meretas jalan damai, menebar kasih dan menyiram benih Ilahi ke tempat di mana kita belum pernah tapakai. Ada orang-orang yang dekat dengan Dia yang mendahului kita. mereka adalah yang berbahagia dan kudus. Kekudusannya bukan karena tampang wajah yang tak ternoda tetapi karena kelemasan jiwanya untuk mencintai orang tanpa pamrih. Nah sekarang aku dan kamu dituntut untuk berlangkah seperti mereka, berjalan tanpa peduli kerikil tajam yang menusuk tapak tilasku. Derita karena duri dan kerikil dalam ziara ini tak ada bandingnya dengan luka, darah dan air mata dari Kekasihku yang mencintai dan memanggil aku dan kamu untuk mengikutinya. Dialah Al-maseh yang menghendaki untuk berjalan dijalannya. Masih ragu untuk menjawabnya?? itu bukan perkara-Nya tetapi masalah kamu dan aku dengan diri kita sendiri. Bertapak sambil menoreh bathin itulah yang tepenting dalam proses permunian diri...
Sem comentários:
Enviar um comentário