Malam menepis senja dingin awal musim semi. Aku tertegun dengan perputaran waktu yang begitu cepat. Tak terasa aku hampir beralih ke April, bulan dimana bunga di pinggir jalan mulai berceloteh. Ternyata musim bunga tiba, musim semi menepi dinginya alam. Langkahku hari ini, di akhir pekan, akhir bulan Maret sedikit lelah tatkalah pelayanan menguak hati yg terbagi dan misiku mengukir jiwa yang teriris. Aku bahagia. Dalam kesunyian padang yg dihiasi bunga primavera aku bersyukur karena Yesus memanggilku dari kesederhanaan dan kerapuhanku Dia membawa aku ke negri nan jauh ini. Oh....syairku! ku senandungkan untuk-Mu Bapa. Siapa aku sehingga Engkau menunjukan tangan-Mu kepadaku. Ini tetesan refleksiku disamping jembatan yang menghubungkan Almodôvar dan Semblana. Di negri ini dan di tanah Lusitana, tepatnya utara Portugal aku membekasi bumi, meski bukan dengan telapak kaki yg telanjang namun aku tetap merasakan kehadiran Dikau yg mengetuk kelopak mata hatiku. Roda mobilku bergerak cepat tatkala dia lagi mengejar waktu yang tertinggal. Aku semakin tertegun dengan Bapa yang memanggilku. Lama kau tak merasakah sentuhan ini. Dia terus menatapku, mengukir namaku di atas garis yang bengkok secara berkesinambungan, membenahi diriku tanpa menghiraukan tanda STOP dan Dia terus dan terus bersama aku. Betapa indahnya hariku ini.
Sem comentários:
Enviar um comentário